Pencakar Tertinggi langit Celebes
Pegunungan Latimojong merupakan
salah satu pegunungan yang berada di Pulau Sulawesi, tepatnya berada di
provinsi Sulawesi selatan, Pegunungan Latimojong mempunyai banyak
Puncak-puncak yang diantaranya memiliki ketinggian diatas 3000 Mdpl, dan
salah satunya adalah Puncak Rante Mario (3450 Mdpl) yang merupakan
Puncak Tertinggi yang ada di Pulau Sulawesi.
Jalur Menuju Pegunungan Latimojong, (R. Mario)
Secara Administratif,
Pegunungan Latimojong berada di Kabupaten Enrekang, Palopo dan Tana
Toraja, namun bila menuju ke Puncak Rante Mario, jalur yang lazim
digunakan adalah melalui Kabupaten Enrekang, dari kota Kecamatan Baraka.
Dari Makassar, anda dapat
menggunakan jasa angkutan berupa mobil Kijang/Panther atau sejenisnya
yang menuju ke Baraka, Kabupaten Enrekang, harga terakhir yang berlaku
(Juli 2010) adalah sebesar Rp 60.000,- dari Makassar – Baraka, dengan
Waktu Tempuh ± 6 Jam, kemudian anda akan turun di pasar Baraka, dari
pasar tersebut perjalanan akan dilanjutkan dengan menggunakan mobil Hard
top atau Jeep, dengan harga 30.000 per kepala.
Namun yang perlu diperhatikan adalah mobil hard top atau jeep tersebut biasanya hanya ada ketika berlangsung Hari Pasar,
yaitu hari dimana para penduduk yang hidup di kaki pegunungan
latimojong turun ke pasar di Baraka untuk menjual segala hasil buminya,
seperti kopi, bawang, kentang, salak, dll. Untuk itu amat disarankan
untuk mengatur waktu operasional tiba anda tepat ketika hari pasar
sedang berlangsung. Agar anda tidak perlu menunggu lama di Baraka untuk
menanti Hard top/Jeep.
Dari pasar Baraka kita akan
menaiki Hard Top/Jeep menuju Desa Latimojong, desa tersebut terdiri dari
3 dusun, yaitu Rante Lemo, Angin-Angin dan Karangan, dengan data
terakhir Hard top tersebut hanya dapat mengantar sampai ke Dusun Rante
Lemo. Jalur yang akan kita lewati amat becek dan memang hanya bisa
dilalui dengan Hard top / Jeep yang memiliki Double Gardan / 4 Wheel
Drive, dengan Waktu Tempuh ± 2 ½ Jam.
Di baraka ini juga, kita lapor diri dan
bersilaturrahim dengan Kelompok Pecinta Alam setempat yang Bernama KPA
Lembayung, KPA Lembayung juga sering mengantar pendaki – pendaki yang
meminta untuk ditemani dalam mendaki gunung Latimojong, sekretariat KPA
Lembayung berada di belakang Sekolah dasar di sebelah Lapangan Bola
Baraka, dekat juga dengan rumah bapak Dadang yang dikenal banyak
mengetahui tentang Gunung Latimojong. Biasanya Anggota KPA Lembayung
juga berkenan membantu dalam mencari mobil yang menuju ke desa Rante
Lemo.
Perjalanan menuju dusun Rante lemo
dilalui dengan susah payah untuk tetap berpegangan dan bertengger di
mobil Hard Top, karena jalan yang dilalui tidak semulus jalan tol
Jagorawi, tapi amat seru bila kita menikmatinya, mirip seperti sedang
berarung jeram, namun pastinya yang harus diperhatikan bahwa kalau kita
terjatuh, hanya ada dua pilihan jatuh ke jurang yang ada di sebelah
kanan, atau terbentur batu – batu yang ada di sebelah kiri. Waw tidak
ada pilihan yang enak bukan ??.
Tiba di Dusun Rante Lemo kita masih
harus melanjutkan ke dusun karangan, sebuah dusun terakhir sebelum
Pendakian ke Pegunungan Latimojong, jalur yang akan dilewati cukup
menanjak dengan medan pasir batu dan kadang jalan pengerasan, sepanjang
jalan menuju karangan kita akan melewati dusun kecil bernama karuaja dan
bulukumba, waktu tempuh yang diperlukan adalah ± 2 Jam, sepanjang jalan
tersebut kita akan melihat dusun-dusun yang seperti bertengger diatas
perbukitan. Setelah berjalan ± 2 jam maka kita akan memasuki Dusun
Karangan.
Dusun Karangan, yang kini menjadi “ibu
kota” dari Desa Latimojong di dominasi rumah panggung tinggi yang
memiliki fungsi selain sebagai sebuah rumah tinggal, namun juga menjadi
tempat para penduduk menyimpan hasil pertaniannya, yang umumnya adalah
Kopi, di dusun ini para penduduknya juga amat ramah dan selalu
menawarkan untuk menginap di rumahnya, kadang terdengar suara radio dan
tivi dari dalam rumah, ya….. karena walaupun dusun ini terletak amat
jauh, namun telah dijamah oleh Listrik.
Dari dusun karangan, kita akan berjalan menyusuri kebun-kebun kopi milik para penduduk, medannya berbukit-bukit dengan tanah becek sebagai pijakan kita, di sebelah kiri kita sungai (salu) Karangan mengalir deras, dan kira – kira 20 menit kemudian kita akan mendaki sebuah bukit dengan medan cukup Terjal dan akan sampai di pos 1 yang terletak diatas bukit tersebut.
Perjalanan akan terlihat
indah bila cuaca sedang cerah, karena kita dapat melihat perkebunan kopi
dan cengkeh milik warga desa karangan dan sekitarnya, isilah air di
sungai kecil yang melintang di jalur menanjak menujunke pos 1, karena
dari situ kita akan baru bertemu air lagi di pos 2.
Jalur untuk mencapai pos 2
dilalui dengan mendaki punggungan sebuah bukit yang tipis dengan
igir-igir yang memanjang, kemudian kita akan mulai memasuki canopy hutan
yang lumayan sudah rapat, perjalanan tidak begitu terjal, malahan
setengah perjalanan akan bertemu jalur menurun, karena pos 2 terletak di
pinggir sungai. Pos 2 merupakan sebuah pos yang berada di pinggir
sungai dan terdapat cerukan lumayan besar dari batu besar yang terdapat
di pinggir sungai tersebut, dan cerukan tersebut sering
dijadikancampuntukpara pendaki..
Untuk menujun Pos 3, kita harus benar –
benar menyetel Carrier kita senyaman mungkin, karena jalur menuju pos 3
benar-benar terjal dan hampir tegak, untuk mendakinya tak jarang kita
memerlukan bantuan tangan, walaupun jaraknya hanya sekitar 0,6 Km, namun
memerlukan waktu ± 40 menit dari pos 2. Medan yang dilalui di awal
merupakan bebatuan lepas yang bisa menjadi berbahaya bila kita berjalan
tidak hati hati, beberapa waktu kita harus menggunakan tangan untuk
membantu pergerakan untuk tetap naik, mungkin sudah termasuk dalam
klasifikasi Scrambling.
Pos 3 merupakan pos yang
tidak begitu besar, hanya seperti tempat istirahat ketika lelah mendaki,
lagipula di pos ini tidak terdapat sumber air, setelah di pos 3
beristirahat sejenak, perjalanan akan tetap mendaki menuju pos 4, namun
jalur menuju pos 4 tidak seterjal sebelumnya, namun jarak yang akan
ditempuh lebih panjang, pos IV berada di punggungan dan tempat ini
lumayan luas, namun Pos 4 tidak mempunyai tempat air.
Perjalanan dari pos 4 akan
berlanjut melalui hutan-hutan berlumut, perhatikan kaki anda, banyak
terdapat akar-akar tanaman yang menonjol keluar dan kalau tidak
hati-hati anda bisa tersandung, perjalanan menuju pos 5 lumayan menanjak
namun tidak terlalu terjal, hanya saja agak panjang dan lebat hutannya,
setelah kira-kira satu jam, kita akan tiba di Pos 5.
Pos 5 merupakan tanah datar
yang lumayan luas, namun bila sehabis hujan, air biasanya menggenangi
daerah tengah-tengah pos 5, terdapat bekas pohon tumbang disini, di pos 5
ini dapat memuat 10 – 12 buah tenda dome, di pos 5 terdapat sumber air,
namun anda harus berjalan ± 200 meter untuk menuju sumber air tersebut,
dan untuk menuju sumber air tersebut anda harus berjalan ke arah pos 6
dan kemudian akan menemukan sebuah pertigaan, ke kanan adalah menuju pos
6 dan ke kiri (turun) menuju ke sumber air, dari pos 5 ini juga anda
dapat melihat sebuah air terjun di kejauhan diatas bukit yang terdapat
di depan anda, tentunya bila cuaca cerah.
Dari pos 5 diperlukan waktu
kira-kira 50 menit untuk tiba di pos 6, jalurnya akan benar-benar
menanjak dan udara dingin sudah benar-benar menusuk, bila tiba di pos 6
maka kita sudah mulai bisa melihat pegunungan latimojong di sekitar
kita, dan untuk menuju pos 7, perjalanan akan benar-benar mengasyikan.
Karena perjalanan kita akan melewati jalur sempit yang berada di atas
awan-awan yang bergulung, cahaya matahari akan terlihat sangat indah
apabila anda melewati jalur ini pada sore hari di hari yang cerah, anda
harus benar-benar memperhatikan langkah, karena di sebelah kanan kiri
anda terdapat jurang yang curam.
Setelah berjalan kira-kira 90
menit dari pos 6, maka anda akan tiba di pos 7, sebuah pos yang paling
indah di jalur ini, dari sini seakan-akan anda sudah berada di puncak,
ketinggiannya adalah 3100 Mdpl, disini terdapat sebuah sungai di lembah
sebelah kiri, dan untuk mencapai puncak rante Mario hanya diperlukan
waktu kurang dari 30 menit lagi. Pos 7 ini juga merupakan tempat melihat
pemandangan jajaran pegunungan latimojong, hutan – hutan lebat dan
cakrawala di kejauhan semua terlihat disini, apalagi pada sore hari,
awan – awan seputih kapas begelung dan disinari mentari sore yang
berwarna jingga. Sungguh pemandangan yang super indah.
Bila anda sudah tiba sore
hari di pos 7, anda dapat melanjutkan untuk menuju pos 8 atau langsung
menuju puncak, namun para pendaki lebih banyak menginap dan membuat camp
di pos 7, selain karena di pos 7 sumber air lebih terjamin, juga karena
letak pos 7 lebih tertutupi daripada pos 8 yang berupa dataran luas
yang rawan angin. Dan untuk summit attack, para pendaki lebih sering
melakukannya di pagi hari.
Perjalanan menuju Puncak
Rante Mario tetap akan bertemu tanjakan demi tanjakan, namun setelah 5
menit kemudian, kita akan tiba di padang yang mengingatkan pada lembah
mandalawangi di gunung pangrango, hanya saja tidak banyak ditumbuhi
bunga edelweisse. Terbentang memanjang, jalur menuju puncak, dengan
didominasi batu-batuan putih di kaki kita, tumbuhannya tidak lagi tinggi
– tinggi, namun hanya setinggi leher orang dewasa, dan biasanya jalur
menuju puncak ini lebih sering ditutupi oleh kabut dan di serbu angin
yang menderu – deru.
Lima belas menit kemudian
kita bisa melihat langsung tugu triangulasi berwarna putih, dan kita
telah berada di puncak tertinggi tanah Celebes.
0 komentar:
Posting Komentar